Iman dan Pengobatan Medis: Membawa Keduanya di Bawah Kristus
Oleh Dan Fauntain
Pada mulanya, iman dan kesembuhan saling menyatu. Pendeta adalah juga penyembuh dan kuil atau tempat suci adalah juga tempat dimana kesembuhan dapat dicurahkan. Di dalam Alkitab dan bahasa Ibrani kata ‘yeshuwah’ mengandung dua arti yaitu penyelamat dan penyembuh. Kata kerja dalam bahasa Yunani yaitu ‘sozo’ berarti menyelamatkan, menyembuhkan dan membuat seluruhnya.
Pada abad permulaan setelah Masehi, iman dan kesembuhan mulai terpisah. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, aspek kerohanian dalam kehidupan secara perlahan mulai ditolak. Ilmu pengetahuan berurusan dengan subyek yang dapat diukur secara fisik dan dapat dieksperimenkan. Ilmu pengetahuan membatasi dirinya pada apa yang tampak, dapat diamati dan dapat ditiru. Di dalam proses ini, konsep kepada seorang manusia telah dikotak-kotakan. Penyakit di tubuh adalah urusan kedokteran dan masalah-masalah kerohanian diserahkan kepada pastor atau pendeta. Sekarang adalah tugas kita sebagai orang yang mempraktekan kekristenan untuk membawa iman kepada Kristus dan kembali menerapkan pengobatan sebagai satu kesatuan. Untuk melakukan hal tersebut kita pertama-tama harus menyadari keutuhan dari seseorang yang kita usahakan untuk disembuhkan.
Apa yang Alkitab katakan tentang keutuhan manusia? Kejadian 2:7 mengatakan bahwa Tuhan Allah mengambil debu dari tanah dan membentuk manusia. Ia menggunakan unsur-unsur alam untuk membuat arteri, pembuluh darah, dan sel-sel darah, syaraf, otot, organ-organ indera dan semua sistem organ. Bagaimanapun hebatnya penciptaan ini, ciptaan itu tidak hidup. Manusia itu tidak dapat hidup sampai Allah menghembuskaan nafas hidup kepadanya, yaitu Roh-Nya. Jadi kita lebih dari sekedar organ-organ fisik; kita terdiri dari organ-organ fisik yang dipenuhi oleh Roh.
Tertulis di Amsal 14:30 “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukan tulang” (NIV). Hal ini jelas menunjukan hubungan antara ketenangan pikiran yang mempunyai dampak positif. Ayat tersebut juga menyatakan bahwa seperti kanker yang menghancurkan tubuh, begitu pula iri hati sebagai sumber dari berbagai hal negatif atau emosi yang menghancurkan.
Dalam ilmu pengobatan medis kami menemukan bukti-bukti ilmiah bahwa pikiran kita, perasaan dan emosi mempunyai pengaruh yang lebih dari proses psikologi. Telah diperlihatkan bagaimana stress yang berlarut-larut mempengaruhi produksi hormon adreno-cortical, yang sebaliknya akan mempengaruhi fungsi dari banyak sistem organ tubuh.
Secara klinik kami mengamati bagaimana ketidakcukupan respon secara fisik. Banyaknya nama jenis penyakit fisik (contohnya tekanan darah tinggi, gangguan kekebalan diri, sindrom radang kronis, dan bahkan beberapa kanker ganas) memounyai komponen kejiwaan yang dihubungkan dengan ketidakmampuan menghadapi stress. Stress juga mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menghalangi resistensi tubuh dari infeksi serta terus mempertahankan proses kesembuhan dan pemuligan. Banyak artikel di dalam kegiatan keagamaan mempunyai efek positif pada kesehatan dan pemulihan dari penyakit. Jadi baik Alkitab, ilmu kedokteran dan pengalaman di klinik semuanya memastikan bahwa kita adalah manusia yang tubuh, pikiran dan jiwanya terintegrasi kepada satu kesatuan yang menyeluruh.
Yesus Sebagai Penyembuh?
Yesus lebih daripada hanya sebagai dokter yang menyembuhkan penyakit. Ya, betul Dia telah menyembuhkan manusia yang mempunyai penyakit kusta, tetapi Ia melakukan lebih dari itu. Ia menyembuhkan manusia secara keseluruhan karena Ia tahu bahwa saat seseorang sakit, setiap bagian dari dirinya telah sakit – perasaan, emosi, hati dan jiwa seperti juga coronary arteries, hati, ginjal atau sendi. Untuk melihat bagaimana Yesus menyembuhkan manusia seutuhnya, kita dapat melihatnya pada studi kasus yang ditemukan dalam Markus 5:25-34; kesembuhan seorang perempuan yang sakit pendarahan.
Dengan menggunakan akal pikiran, bayangan dan pimpinan Roh Kudus, kita dapat menambah detail cerita tersebut, walau tidak terdapat dalam teks yang asli seperti yang ada sekarang. Wanita ini menderita pendarahan uterus yang tidak teratur selama 12 tahun. Apa diagnosanya? Tentunya bukan kanker; mungkin ketidakseimbangan hormon. Anggap ia mempunyai rasa sakit dengan pendarahan yang mengganggu rutinitas sehari-harinya. Ia kurang darah, lemah dan tidak dapat melakukan tugas-tuganya di rumah dan di keluarganya, saya menyimpulkan bahwa dia tidak mempunyai anak karena unsur hormonnya yang tidak seimbang, ia tidak dapat hamil. Ketidaksuburan adalah masalah serius untuk wanita-wanita Yahudi, seperti juga semua wanita dari berbagai kebudayaan. Ini adalah kontekx secara fisik: seorang wanita dengan masalah ginekologi yang serius dan menahun.
Konteks sosial lebih buruk lagi. Menurut hukum Imamat (Imamat 15), seorang perempuan najis selama masa periode normal menstruasi dan selama 7 hari setelahnya. Tetapi perempuan ini juga najis pada masa yang tidak rutin. Selama masa pendarahannya, ia menajiskan bajunya, rumahnya, alat-alat rumah tangga, dan benda-benda yang ia pegang demikian juga orang-orang yang kena secara fisik dengannya. Jadi selama 12 tahun dirinya telah najis dan ia telah menjadikan lingkungannya najis. Bila ia telah menikah, suaminya pasti telah menceraikannya, keluarganya mungkin telah menelantarkannya, dan ia tidak mempunyai teman. Akhirnya didalam Markus dikatakan bahwa ia telah kehabisan uang, ia telah menghabiskan seluruh uangnya dengan sia-sia agar dapat sembuh.
Kemudian bayangkan, kondisi psikologisnya; bertolak, sedih, berbeban berat, kepahitan dan mungkin marah kepada masyarakat dan kepada Tuhan. Mungkin beban terberatnya adalah masalah rohani karena dia najis, ia tidak dapat pergi ke tempat ibadah untuk menyembah Tuhan, untuk berdoa, untuk memberikan kesembuhan, untuk mengakui dosa-dosanya, atau untuk memohon pertolongan. Secara sosial ia terabaikan; secara psikologis ia berbeban berat, dan secara kerohanian ia berada di dalam keputusasaan. Jadi Markus bukan hanya menunjukan kepada kita wakil “kasus ginekologi” saja. Ia juga berbicara tentang kondisi sebenarnya yaitu “ada seorang perempuan yang menderita amat sangat di dalam seluruh hidupnya.
Suatu hari perempuan ini mendengar tentang Yesus, dan harapan terbit di hatinya. Bagaimanapun, dirinya sendiri tidak dapat perggi kepada Yesus untuk meminta pertolongan karena ia akan membuat laki-laki penting itu menjadi najis. Seorang laki-laki daoat pergi untuknya, suaminya atau kakaknya laki-laki atau temannya tapi ia tidak mempunyai seorangpun. Ia telah benar-benar ditelantarkan dan tidak mempunyai seorangpun yang menjadi perantaranya.
Di dalam kesedihannya ia membuat suatu rencana nekad dan berbahaya: ia akan datang dari belakang Yesus secara diam-diam, di tengah kerumunan orang dan menyentuh pakaian-Nya. Melakukan hal ini tanpa terdeteksi sangatlah penting, karena bila seseorang menangkapnya, ia akan dihakimi masyarakat dan mungkin akan dilempari batu sampai mati.
Saat ia menjamah jubah Yesus, ia segera merasakan sesuatu dalam tubuhnya dan ia tahu bahwa ia harus melarikan diri secepatnya. Itu mustahil. Yesus menangkap basah dia. Perempuan itu telah menghina Yesus, dia telah membuat-Nya najis. Lebih jauh lagi, dia telah mencuri kekuatan Yesus. Lalu Yesus memanggilnya dan ia mungkin akan dilempari batu. Jadi, sebagaimana digambarkan oleh Markus, perempuan itu datang dengan ketakutan dan gemetar. Ia tersungkur di kaki Yesus dan menceritakan kepada-Nya seluruh perbuatannya.
Kenapa Yesus menangkap basah wanita ini? Ia tahu bahwa wanita ini secara fisik telah disembuhkan. Kita dokter-dokter biasanya senang saat telah menyembuhkan fisik seseorang. Apakah Yesus tidak merasakan hal yang sama? Tidak, karena diri wanita itu sendiri belum disembuhkan karena hidup perempuan itu belum dipulihkan. Yesus ingin menyembuhkannya secara menyeluruh, jadi Ia memanggil perempuan itu kembali. Saat perempuan itu tersungkur putus asa di depan Yesus, menunggu kata-kata kutukan, ia mendengar dua kata yang sungguh mempesona dan yang menyembuhkan. Perempuan itu mendengar Yesus berkata kepada-Nya, “Anak-Ku.”.
Selama 35 tahun saya telah mempraktekan kedokteran dan bedah di Afrika. Saya telah merawat wanita-wanita yang tidak terhitung dengan masalah-masalah pendarahan dan ketidaksuburan. tetapi berapa sering saya berbicara sesuatu kata yang dapat menyembuhkan manusia seutuhnya, yang membangun kembali jiwa, perasaan, dan emosi seseorang agar sembuh? Saya harus mengakui sangat sedikit. Tetapi hal itu karena ketidakpedulian, dan sekarang saya mulai mengerti bagaimana hati, pikiran dan jiwa serta tubuh dapat disembuhkan oleh Kristus.
Perkataan yang menyembuhkan mungkin hanya terdiri dari satu dua kata, seperti yang dikatakan Yesus kepada perempuan yang sakit pendarahan 12 tahun. Atau mungkin dapat berupa penjelasan, perintah atau sebuah cerita. Ini dapat dikabarkan melalui Alkitab, kata-kata yang diucapkan dalam doa, atau pesan yang diucapkan ke hati kita oleh Roh Kudus sendiri.
Menyembuhkan Hati
Apa yang dapat menyembuhkan hati yang patah dan jiwa yang terluka? Apa yang dapat menyembuhkan hati hanyalah suatu kata yang diucapkan kedalaman jiwa dari orang yang sakit. Itu adalah suatu perkataan yang hanya dapat dimengerti oleh jiwa dari orang tersebut yang dengan cara demikian telah menyelesaikan penyakit kejiwaan-kerohanian, ketakutan, konflik, kegelisahan, perasaan bersalah dan putus asa. Saat perkataan ini menyembuhkan penyakit di kedalaman diri seseorang, manusia seutuhnya dapat disembuhkan.
Di saat Yesus berbicara kepada perempuan ini, dengan telinganya ia mendengar, “Anak-Ku.” Di jiwanya perempuan itu mendengar Yesus berkata, “Saya mengasihimu. Saya menerimamu. Kamu pantas hidup dalam keluarga-Ku. Kau telah disembuhkan dan sekarang telah sempurna.” Apa yang didengarkan di dalam hatinya telah menyingkirkan dengan cepat semua ketakutan, ketertolakan, dan keputusasaan yang menghancurkan hidupnya. Hatinya, pikirannya, dan rohnya telah disembuhkan seperti juga tubuhnya yang telah disembuhkan. Harga dirinya telah dipulihkan dan ia dapat kembali kepada keluarganya.
Perkataan yang menyembuhkan mungkin hanya terdiri dari satu dua kata, seperti yang dikatakan Yesus kepada perempuan yang sakit pendarahan 12 tahun. Atau mungkin dapat berupa penjelasan, perintah atau sebuah cerita. Ini dapat dikabarkan melalui Alkitab, kata-kata yang diucapkan dalam doa, atau pesan yang diucapkan ke hati kita oleh Roh Kudus sendiri. Hal ini juga dapat berupa gambar, bayangan yang terlihat, sebuah simbol yang saat kita terima di pikiran kita yang terdalam dapat menghentikan konflik batin dan membawa kedamaian dan keutuhan. Allah menjelaskan proses ini kepada nabi Yesaya (6:10), “Buatlah hati bangsa ini keras dan buatlah telinganya berat mendengar dan buatlah matanya melekat tertutup, supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik dan menjadi sembuh.”
Read more: Iman dan Pengobatan Medis: Membawa Keduanya di Bawah Kristus (Part 2-end)
Iman dan Pengobatan Medis: Membawa Keduanya di Bawah Kristus oleh Dan Fauntain
dalam Majalah Samaritan Edisi 1 Tahun 2000