Studi yang dilakukan dengan menganalisis 2 kohort secara terpisah, yaitu NGHS (National Growth and Health Study) dan studi PFS (Princeton Follow-up Study) menemukan bahwa uji yang biasa dilakukan di ruang praktek selama masa anak-anak, mampu memprediksi diabetes tipe 2 yang timbul pada dewasa muda. Studi NGHS merupakan studi selama 9 tahun yang meneliti anak perempuan berusia 9-10 tahun, dan studi PFS merupakan studi dengan lama pemantauan 22-30 tahun pada anak laki-laki dan perempuan berusia 6-18 tahun.


Dr. Charles J. Glueck dari Jewish Hospital of Cincinnati, Ohio yang memimpin studi ini, menyatakan bahwa pada studi dengan kohort besar NGHS, dianalisis sebanyak 1.067 perempuan. Dengan median waktu 19 tahun, 7 dari 563 perempuan berkulit hitam (1,2%) dan 1 dari 504 perempuan kulit putih (0,2%) menderita diebetes tipe 2. Prediktor laboratorium pediatrik yang secara bermakna paling berhubungan dengan diabetes adalah kadar insulin, dimana diabetes adalah 12 kali lipat lebih sering terjadi jika kadar insulin anak berada pada lima persentil teratas (6% vs. 0,5%; p=0,004).

Pada analisis multivariat, tekanan darah sistolik anak, kadar insulin pada lima persentil teratas, dan diabetes pada orangtua, merupakan prediktor diabetes pada orang dewasa muda, dengan area dibawah kurva (area under the curve/AUC) sebesar 0,764.

Meskipun demikian, para peneliti menyatakan jika BMI, tekanan darah sistolik, dan tekanan darah diastolik anak berada lebih rendah daripersentil ke-75, maka kecenderungan diabetes tipe 2 pada usia 19 tahun adalah 1 di antara 545 (0,18%). Jika kadar insulin berada di bawah persentil ke-75, kecenderungan tersebut juga 1 diantara 545. Jika orangtua anak tidak menderita diabetes, kecenderungan diabetes pada usia 19 tahun adalah 1 di antara 425 (0,23%).

Subyek pada kohort PFS terdiri atas 822 anak laki-laki dan perempuan, yang diteliti saat mereka berusia rata-rata 12 tahun. Pada saat mereka berusia rata-rata 39 tahun, 40 diantaranya (4,9%) menderita diabetes tipe 2. Insidensi ini secara bermakna lebih tinggi pada perempuan berkulit hitam dibanding kulit putih (9,9% vs 4%; p=0,02), tetapi perbedaan diantara kelompok laki-laki kulit hitam dan kulit putih tidak berbeda bermakna (4,7% vs 3,4%)

Pada kohort ini, model preditif terbaik untuk diabetes tipe 2 pada saat dewasa muda adalah tekanan darah sistolik anak dan indeks massa tubuh yang berada pada lima persentil teratas, kadar glukosa pediatrik 100 mg/dL atau lebih tinggi, serta ras kulit hitam (AUC=0,717). Penggantian faktor kadar glukosa dengan kadar kolesterol-HDL dan trigliserida menghasilkan AUC sebesar 0,709.

Tetapi jika indeks massa tubuh, tekanan darah sistolik dan diastolik semuanya lebih rendah dari persentil ke-75, maka risiko diabetes tipe 2 setelah 22-30 tahun kemudian adalah 6 diantara 336 (1,7%). Jika orangtua tidak menderita diabetes, risiko diabetes pada usia dewasa muda adalah 3 di antara 221 (1,4%).

Para peneliti menyatakan bahwa data hasil studi ini mempunyai nilai klinik praktis dalam memprediksi anak pada saat sebelum remaja dan remaja. Anak dengan tekanan darah sistolik, trigilserida, indeks massa tubuh, dan kadar insulin yang berada dalam lima persentil teratas, serta kadar glukosa minimal 100 mg/dL dan orangtua yang menderita diabetes, dapat dijadikan target untuk pencegahan primer diabetes tipe 2.

Untuk itu, para peneliti menganjurkan dilakukannya diet, olahraga dan mungkin juga pemberian obat insulin sensitizer. Metformin dibuktikan dapat menurunkan indeks massa tubuh dan mengurangi hiperinsulinemia pada remaja dengan kelebihan berat badan.


(Archives of Pediatrics & Adolescent Medicine 2010; 164: 53-60).

Disadur dari : Medical Update, Maret 2010, h.57