Para ilmuwan sedang berupaya mencari jalan agar dapat membantu pasien untuk dapat melindungi dirinya secara lebih baik terhadap serangan jantung dengan meneliti isyarat-isyarat yang ada pada pasien kardiak.
Studi ini didasari atas keinginan tahu para dokter mengenai hal yang telah lama diamati terjadi pada pasiennya. Pasien yang pernah mengalami serangan jantung seringkali lebih siap menghadapi serangan jantung dibanding pasien yang belum pernah mengalami serangan jantung. Selama 25 tahun, para ilmuwan telah mencoba memahami mengapa pada proses yang dikenal sebagai “ischemic preconditioning” terjadi hambatan sementara aliran darah, yang ternyata memperkuat jaringan otot jantung.
dr. Paul Brookes dkk. dari University of Rochester Medical Center, telah mengembangkan metode baru dalam upaya melacak molekul kunci yang terlibat dalam proses ini. Ternyata molekul mKATP yang merupakan saluran kalsium yang sensitif terhadap ATP mitokondria, adalah molekul sentral dalam proses ischemic preconditioning. Meskipun demikian, molekul ini sulit diisolasi dan dijelaskan fungsinya.
Para peneliti berhasil menciptakan metode lebih cepat, lebih murah, dan lebih mudah untuk mengukur aktivitas mKATP. Tim peneliti ini juga berhasil mengidentifikasi molekul PIP2, yang dapat memulihkan aktivitas saluran tersebut, meskipun fungsinya dihentikan sebelumnya. Studi ini diharapkan menghasilkan pemahaman baru bagaimana saluran yang diduga bersifat sentral terhadap kesehatan jantung, diregulasi di dalam jantung.
Tujuan akhir menciptakan ischemic preconditioning, tentu saja bukan untuk membuat jantung kekurangan aliran darah, tetapi terutama untuk dapat mengembangkan obat-obat baru guna membantu pasien menjadi lebih tahan terhadap kerusakan jantung yang terjadi.
Preconditioning terbukti efektif pada berbagai model binatang percobaan dalam laboratorium, tetapi belum dibuktikan secara klinik. Karena itu perlu dikembangkan obat untuk memanfaatkan ischemic preconditioning, tanpa secara aktual mengganggu aliran darah.
Para ahli kardiologi menyatakan melihat fenomena di mana ischemic preconditioning berperanpada pasien-pasiennya. Tidak jarang pasien dengan usia pertengahan yang terkena serangan jantung dan mempunyai gejala penyakit jantung, mempunyai prognosis yang lebih baik dibanding pasien muda tanpa riwayat penyakit jantung yang kemudian tiba-tiba terkena serangan jantung.
Dikatakan bahwa subyek dengan riwayat penyakit jantung kronik yang terkena serangan jantung, tidak tampak separah subyek muda sehat tanpa riwayat penyakit jantung yang terkena serangan jantung, meskipun subyek-subyek ini masuk ke rumah sakit dengan tingkat sumbatan pembuluh arteri yang identik.
Tentu saja jika memungkinkan, tujuan akhir untuk pasien adalah mencegah penyakit jantung jika memungkinkan. Pasien secara pasti perlu mengonsumsi makanan yang seimbang, rendah lemak, mengurangi asupan garam, olahraga secara teratur, dan mengontrol tekanan darahnya. Tindakan-tindakan ini akan menurunkan secara dramatik timbulnya serangan jantung.
Para peneliti juga menemukan bahwa mKATP dapat dihambat oleh fluoxetine, yang merupakan obat antidepresan. Obat ini merupakan obat terakhir yang ditemukan dapat menghambat ischemic preconditioning. Obat-obat lain seperti obat anti-inflamasi yaitu penghambat enzim cox-2, maupun obat penghambat adrenoseptorbeta, seringkali digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi dan kelainan jantung.
Karena obat-obat antidepresan dan penghambat adrenoseptorbeta digunakan secara luas pada pasien dengan kelainan jantung, maka dokter perlu lebih mencermati kemungkinan adanya efek terhadap ischemic preconditioning. Meskipun demikian, obat-obat ini belum pernah dilaporkan menyebabkan efek samping terhadap jantung.
Studi ini berhasil menemukan sesuatu yang baru, dikarenakan adanya kerja-sama antar kelompok peneliti di Rochester, yang memungkinkan menjawab masalah yang tidak terungkap oleh para ilmuwan selama bertahun-tahun. Para peneliti dan sebagian kecil ilmuwan telah memfokuskan penelitiannya pada mKATP, dan membuktikan bahwa saluran ini membawa kalium masuk dan keluar dari mitokodria. Meskipun demikian, selama bertahun-tahun studi laboratorium mengalami kesulitan mereproduksi ulang hasil studi ini, sehingga para ilmuwan mempertanyakan apakah saluran tersebut benar-benar ada apa tidak.
Para peneliti mengatakan bahwa dr. Keith Nehrke dari Divisi Nefrologi di Universitas yang sama mengusulkan melakukan pengukuran aktivitas saluran dengan cara yang baru. Metode baru ini mengukur pergerakan elemen talium ke dalam dan ke luar mitokondria, sebagai pengganti dari kalium. Metode baru ini juga lebih cepat dan lebih murah, serta lebih mudah untuk direproduksi ulang oleh para ilmuwan. Secara bersama-sama kelompok peneliti peneliti ini mengembangkan metode baru ini pada cacing C.Elegans untuk mengidentifikasi saluran mKATP.
(Circulation Research 2010; doi: 10.1161/CIRCRESAHA.109.215400).