Aku, Menjadi Saksi Bagi Pasien-Pasien?

Oleh Kevin Vaughan

Banyak mahasiswa Fakultas Kedokteran merasa frustrasi oleh adanya berbagai pembatasan dalam prosedur klinik yang ditetapkan bagi mereka yang belum meraih kualifikasi sebagai seorang dokter. Namun, kesaksian sebagai seorang Kristen tidak memiliki batasan-batasan seperti itu. Para mahasiswa memiliki kesempatan yang sama banyaknya dengan siapa saja, bahkan biasanya memiliki lebih banyak waktu. Oleh karena itu berbesar hatilah para mahasiswa! Mari kita lihat beberapa prinsip:

Prinsip-Prinsip Alkitabiah

Allah menaruh perhatian terhadap keseluruhan aspek hidup kita. Dalam surat rasul Paulus kepada umat di Kolose, kita membaca bahwa apa saja yang kita lakukan harus dilakukan dengan segenap hati, seolah-olah kita melakukannya bagi Tuhan.1 Hal ini mencakup pekerjaan kita, aktivitas rekreasi, dan semua tanggung jawab praktis yang kita emban dalam hubungan dengan keluarga maupun teman. Dibutuhkan kebijaksanaan untuk dapat menggunakan sebaik-baiknya kesempatan yang kita miliki dengan “orang luar”, baik dalam perilaku maupun ucapan kita.2 Dan tentu saja pasien-pasien yang kita temui sehari-hari di klinik termasuk “orang luar” yang disebutkan oleh Paulus.

Tuhan Yesus mengutus murid-muridnya untuk pergi menyampaikan kabar gembira kepada seluruh dunia3 yang dimulai dari tempat di mana mereka berada. Dari surat Paulus kita belajar bahwa kita adalah duta-duta, utusan Tuhan, seolah-olah Tuhan menyatakan diriNya melalui kita.5 Dan Paulus sendiri tidak malu akan Tuhan demi keselamatan setiap orang yang percaya.6

Menarik untuk diperhatikan, bahwa Alkitab tidak menggunakan kata “to witness” (bersaksi), melainkan menyatakan bahwa anda dan saya “being witnesses” (sebagai saksi-saksi).7 Perbedaannya adalah, bahwa “sebagai saksi” berarti kita “melakukan sesuatu” dalam segala waktu, di mana saja kita berada, sementara “bersaksi” lebih condong pada sesuatu yang dilakukan pada kesempatan tertentu saja, misalnya dalam suatu pembicaraan.

Apakah hal itu etis?

Kita mungkin berpikir bahwa ada perbedaan dalam konteks pekerjaan dan bagian lainnya dari hidup kita. Sebagian dari kita mungkin berpikir bahwa pekerjaan adalah “suatu pekerjaaan”, yang harus dilakukan dengan standar etika tertinggi. Sedangkan menjadi saksi Kristus adalah sesuatu yang terbatas di rumah, di kalangan teman atau dalam aktivitas gereja saja.

Di CMF, kami berpikiran berbeda. Tujuan kedua kami tertulis: ”Untuk mendorong para dokter dan mahasiswa Kedokteran Kristen menjadi saksi-saksi Kristus bagi siapa saja yang mereka temui.” Ini sangat pasti merupakan suatu prinsip alkitabiah, namun apakah kebanyakan masyarakat memandang etis, men-sharing-kan iman kepercayaan dengan pasien? Bagaimana dengan posisi terhormat dan istimewa kita? Di Inggris, The General Medical Council (GMC) telah membahas hal ini beberapa tahun yang lalu, dan sembari memberikan peringatan terhadap penyalahgunaan posisi istimewa ini, dalam advisnya GMC masih membuka jalan bagi sharing iman kepercayaan bila Tuhan membuka kesempatan akan hal ini. Laporannya tertulis sebagai berikut: “Perhatian Komite tertuju pada aktivitas sebagian kecil dokter yang menggunakan posisi professional mereka untuk menarik pasien masuk agama tertentu, membuat diagnosis tidak atas dasar medis melainkan atas dasar spiritual. GMC hingga saat ini memandang bahwa penyampaian opini pribadi atau iman kepercayaan itu sendiri tidaklah salah, dan GMC hanya dapat mengintervensi bila ada bukti bahwa seorang dokter telah gagal memberikan standar pengobatan/perawatan yang adekuat. Komite mendukung kebijaksanaan ini dan menyimpulkan bahwa usaha mencegah dokter mengekspresikan pandangan religius, politik atau pandangan lainnya adalah tidak benar. Akan tetapi Komite menyetujui, bahwa penyampaian pendapat pribadi dokter yang tidak peka dan tidak pada tempatnya sehingga menyebabkan kesedihan, penderitaan pasien, telah berarti bahwa si dokter tidak memberikan pengobatan/perawatan yang seharusnya diterima oleh pasien. Pendapat ini didukung oleh GMC dan laporan tentang perdebatan ini telah dipublikasikan dalam GMC News Review.”8

Mengapa sulit?

Walaupun seandainya kita tertarik untuk bersaksi kepada para pasien, mungkin kita akan merasa tidak nyaman dengan model penginjilan tradisional (seperti kunjungan dari rumah ke rumah) yang tidak tepat diterapkan bila dalam konteks klinis. Kemudian kita menjadi kehilangan semangat, putus asa dan memutuskan untuk memberitakan Injil di tempat lain saja. Akan sangatlah membantu bila kita dapat mengidentifikasi hal-hal apa saja yang kita rasakan sebagai kesulitan, sehingga kita dapat mengatasi masalah ini.

Waktu

Sebagian tenaga profesi medik merasa bahwa memenuhi tanggung jawab klinis pada hari-hari tugas mereka merupakan apa yang dapat mereka kerjakan. Keterbatasan waktu merupakan hal yang tak terelakkan, dan kita semua harus bijaksana dalam menetapkan prioritas kita. Akan tetapi, kita juga akan menjumpai bahwa pada pasien-pasien kita, kebanyakan masalah fisik berakar dari masalah-masalah rohani, masalah emosional, yang juga memerlukan perhatian kita Dan bila kita tidak berbuat sesuatu untuk mengatasi hal ini, tak akan ada kemajuan yang nyata dalam perbaikan penyakit pasien. Lagipula, telah diketahui melalui sejumlah besar penelitian, bahwa iman dan kerohanian umumnya dapat meningkatkan kesehatan fisik dan psikis. Belakangan ini, suatu artikel di British Medical Journal telah menyoroti hal ini.9

Kekuatiran

Kita bisa saja takut menyampaikan iman kepercayaan kita pada pasien kita, atau takut akan apa yang akan dipikirkan oleh sejawat kita. Dalam suratnya yang pertama, rasul Petrus mendorong mereka yang disuratinya, untuk bersiap memberikan sebab/ alasan akan apa yang mereka percayai, namun jangan lupa untuk melakukannya dengan lemah lembut dan penuh hormat.10 Mendekati pasien-pasien kita dengan kepekaan dan rasa hormat, serta secara saksama melihat apakah kita medapatkan ijin mereka untuk mendiskusikan berbagai hal adalah prinsip-prinsip dasar semua perawatan klinis.

Mengembangkan dan memelihara hubungan kerja yang terbuka dengan semua sejawat selalu merupakan hal yang mendasar, bila suatu tim medis hendak mencapai tujuan bersamanya. Namun kita juga perlu mengingat bahwa sebagai orang Kristen, kita terlibat dalam peperangan rohani dan setan akan melakukan apa saja yang dapat dilakukannya untuk melemahkan semangat kita dan membuat kita ragu bahwa Tuhan dapat memakai setiap dari antara kita.11 Sebaiknyalah kita ingat akan nasihat Paulus agar kita berdoa senantiasa dalam roh dengan doa-doa dan permohonan.12 Pekerjaan kita bukanlah memaksa suatu pintu terbuka, melainkan mengenali di mana Roh Kudus telah membukakan pintu, dan berani berjalan melaluinya.

Ketidakpastian

Kita mungkin tidak yakin akan apa yang kita percayai, atau tidak tahu bagaimana mengenali pasien-pasien yang menghendaki diskusi, bagaimana menggunakan bahasa yang tepat, dll. Semua hal ini dapat menimbulkan keraguan di dalam diri kita. Apakah kita percaya dan yakin dengan pokok-pokok berita Injil itu sendiri, bila kita diberi kesempatan untuk menjelaskan tentang prinsip-prinsip kekristenan? Kita akan mempelajari nantinya, bagaimana melakukan pembicaraan dengan pasien dan mengenali mereka yang tertarik dengan berita yang disampaikan.

Mengapa lambat?

Penginjilan adalah suatu proses, bukanlah suatu kejadian sesaat. Proses ini meliputi pembimbingan seorang yang tidak percaya melalui kuasa Roh Kudus, untuk dapat membuat serangkaian keputusan yang akan mengantarnya menjadi percaya kepada Kristus.

Mempererat hubungan

Biasanya akan ada banyak rintangan yang dijumpai di jalan yang ditempuh. Banyak orang yang kita temui dalam praktek klinis memiliki rintangan-rintangan emosional untuk percaya pada Kristus, berdasarkan pengalaman buruk mereka di masa lalu dengan orang-orang Kristen, kelompok keagamaan, atau melalui desas-desus yang didengar dari orang lain. Agar dapat, mengatasi rintangan ini dan melangkah maju, kita harus meluangkan waktu untuk memupuk relasi saling percaya, sehingga dapat ketertarikan kepada kita, si pembawa berita, dapat dikembangkan sebelum mereka mendengar berita tersebut. Hal ini sangat dapat merupakan tahap penginjilan yang tersulit, paling memakan waktu dan membutuhkan pimpinan Roh Kudus, seperti halnya pada tahap-tahap lainnya. Namun, banyak dari kita yang tidak menyadari, bahwa hal ini merupakan bagian dari penginjilan, walaupun nama Yesus tidak disebutkan dalam tahap ini.

Waktu yang diperlukan untuk memupuk suatu hubungan sangat bervariasi tergantung jenis hubungan yang ada. Saya teringat akan seorang pasien wanita yang mengalami depresi; ia memiliki riwayat penyiksaan oleh ayahnya, bercerai dari suami yang kejam, dipisahkan dari kedua anaknya, serta di ganggu oleh para tetangga di apartemen tempat tinggalnya. Pasien wanita ini tampil sebagai seorang yang sangat penyendiri. Selama bertahun-tahun saya mengobati depresi yang dideritanya melalui pemberian obat-obatan, konsultasi lanjutan secara teratur, juga menolongnya berhubungan dengan polisi saat menghadapi tetangganya, bernegosiasi dengan otoritas perumahan untuk akomodasi baru, dan kemudian menghubungkannya dengan Departemen Keamanan Sosial untuk bantuan finansial. Sepuluh tahun kemudian, pada suatu hari ia mengatakan kepada saya bahwa ia sangat ingin bertemu dengan kedua anaknya lagi. Ia telah mencari informasi di mana mereka berada. Tak ada intervensi medis yang dapat dilakukan dalam hal ini, namun sewaktu saya menyampaikan kepadanya bahwa saya prihatin dengan keadaannya, dan bahwa saya percaya Tuhan juga memperhatikan dan prihatin dengannya, terbukalah kesempatan untuk percakapan lebih lanjut dan untuk berdoa dengannya.

Sebaliknya, kadangkala percakapan timbul terlebih dahulu. Seorang pria yang bertemu dengan saya pertama kalinya saat mengalami krisis pribadi, menceritakan kepada saya riwayat hidupnya, kemudian berseru,” Dokter, saya tak tahu kenapa Allah membiarkan hal ini terjadi pada saya!”. Dalam keadaan seperti ini, kita perlu untuk bersikap lembut dan mempertanyakan pertanyaan dasar lainnya lebih dahulu. Namun, mungkin Tuhan telah menyediakan kesempatan untuk percakapan selanjutnya.

Menabur benih

Setelah rintangan emosional teratasi, kita mungkin akan berhadapan dengan rintangan-rintangan intelektual murni dan ketidaktahuan akan kebenaran. Tahap ini merupakan saat yang tepat untuk menabur benih Injil dan dengan sungguh-sungguh membuang konsep dan kepercayaan yang salah. Hal ini biasanya memakan waktu dalam praktek klinik,, namun bila kita peka akan dorongan Roh Kudus, kita suatu saat mungkin menemukan bahwa kita dihadapkan dengan seseorang yang rintangan emosionalnya telah dihancurkan ini merupakan kesempatan yang baik sekali. Patut diperhatikan dua hal di sini: pertama, penting untuk diingat, bahwa diri kita juga perlu mendapatkan makanan rohani Firman Tuhan dan terus bertumbuh dalam pengetahuan kita akan Kristus,13 sehingga kita memiliki sesuatu untuk di-sharing-kan; kedua, kita harus bersiap untuk menghentikan pembicaraan dan membiarkan lawan bicara kita memberikan komentar atau menyampaikan pertanyaan sebelum anda menyelesaikannya. Bila kita mempelajari bagaimana Yesus bercakap-cakap dengan sesama, kita akan melihat bahwa Ia tak pernah mengatakan segala sesuatu kepada seseorang, namun Ia akan mengatakan sesuatu hal yang dapat membantu pendengarnya mengambil langkah berikutnya dalam perjalanannya hidupnya.

Roh Kudus menuai

Setelah rintangan intelektual teratasi, kita akan menghadapi keras kepalanya keinginan daging, walaupun seseorang telah memilih meninggalkan kehidupan lamanya dan menaruh iman kepercayaannya kepada Kristus. Tahap penuaian ini merupakan pekerjaan Roh Kudus, namun tetap melibatkan kita dalam doa dan percakapan lanjutan. Kesaksian pribadi kita dapat menolong untuk menjelaskan apa yang Tuhan Yesus telah lakukan dan bagaimana meresponNya.

Kita dapat melihat bahwa peran kita dalam aktivitas sehari-hari adalah menolong orang yang tak percaya melangkah lebih dekat dalam hubungannya dengan Allah, apapun yang tercakup didalamnya (atau menolong seorang Kristen mengambil langkah-langkah lanjutan dalam hubungannya dengan Allah). Banyak waktu kita akan tercurah untuk memupuk dan menabur, sehingga seseorang siap untuk masa penuaian, yang mungkin datang beberapa tahun kemudian dalam konteks yang berbeda.

Apa yang dapat saya lakukan tentang hal ini?

Pertama dan yang terpenting adalah, kita perlu menjadi dokter, klinisi yang kompeten. Hal inilah yang terutama diminta Allah dari kita dari sejak awal karir kita sebagai mahasiswa, seperti yang dipikirkan oleh sebagian besar pasien yang akan kita temui dalam hidup kita. Penting bagi kita untuk mengetahui perspektif ini dan mengenali bahwa kita berada di sini (FK) untuk belajar. Sebagai mahasiswa, kita tidak diharapkan untuk mengetahui segala sesuatu, namun kita harus menunjukkan bahwa kita mau belajar dan melakukan pekerjaan kita sebaik yang kita mampu. Akhirnya, setelah menjadi seorang dokter, kita akan melihat bahwa pasien-pasien kita tidak akan menghargai kita, kecuali bila mereka percaya dengan penilaian dan kemampuan klinis kita. Melakukan pekerjaan kita secara cakap merupakan bagian mendasar dari kesaksian seorang Kristen.

Kedua, kita harus menunjukkan karakter seperti Kristus yang penuh belas kasihan. Belas kasihan akan meliputi bagaimana kita berlaku, mendengar, dan berbicara. Kita akan sering gagal dalam bidang ini. Namun kegagalan ini tak perlu menghalangi kita, karena memang sejak dari awal mulanya kita telah memilih bertumbuh dalam Kristus dengan bantuan Tuhan saja. Belas kasihan akan sungguh-sungguh datang dari kesadaran betapa banyak anugrah yang telah kita terima dari Kristus sendiri.14 Hal ini akan membantu kita turun dari kursi kesombongan harga diri kita (yang tak pernah merupakan tempat yang bermanfaat untuk berbicara kepada pasien) bila kita mengakui betapa banyak yang telah kita terima dari Kristus. Gabungan kompetensi, karakter, dan belas kasihan akan menguatkan otoritas kesaksian kita, dan pada tahap tertentu akan memberikan kita kesempatan untuk dapat berkomunikasi dengan penuh kehati-hatian.

Walaupun sebagian besar penekanan adalah pada tingkah laku kita, namun saya tidak setuju dengan mereka yang mengatakan bahwa kita bersaksi murni oleh tindakan kita. Tak ada satupun dari kita yang cukup sempurna untuk menginjil dengan kemampuan kita sendiri.15 Selanjutnya nama Yesus perlu diperkenalkan untuk membawa orang-orang berpaling kepadanya.16

Bagaimana saya dapat berbicara tentang Yesus?

Merupakan sesuatu yang baik, untuk mengidentifikasikan diri anda sebagai salah satu anggota keluarga Allah dalam pembicaraan sehari-hari. Hal ini dapat berupaapa saja, dari jawaban sederhana terhadap pertanyaan,”Bagaimana dengan acara akhir minggumu?”, dengan kalimat seperti,”Setelah gereja, kami pergi ke barbeque” serta dilanjutkan dengan ,”Kami mendapatkan banyak berkat maka harus bersyukur kepada Allah bukan?”. Komentar seperti ini memberikan pendengar kesempatan untuk merespon, namun tak mengapa bila mereka tidak menyambutnya; mereka akan membuka percakapan lebih lanjut pada suatu saat nanti. Pada tahap ini, kita tidak menceritakan secara spesifik cerita Injil, melainkan memberitahukan identitas diri kita sebagai orang-orang yang mementingkan Allah, doa, dan alkitab. Dengan dilihatnya bagaimana kita berlaku, orang-orang akan mempertanyakan lebih jauh; dan selanjutnya kita dapat menceritakan sedikit lebih jauh mengenai kisah pribadi kita, menceritakan bagaimana perubahan yang dibuat Allah dalam hidup kita. Kisah yang menunjukkan diri kita sendiri adalah lemah akan dapat membantu. Sebagai contoh, kadang-kadang saya mendapat kesempatan untuk membagikan bagaimana Allah telah menolong kesulitan dalam kehidupan keluarga saya, atau bagaimana Ia menolong mempersiapkan kami menghadapi kematian ayah kami.

Tanyakanlah suatu pertanyaan

Yesus adalah teladan kita, dan satu hal yang terus Ia lakukan adalah melontarkan pertanyaan.17 Dalam bidang kedokteran paliatif, menanyakan riwayat kerohanian merupakan hal yang biasa. Namun sebagai seorang dokter kita berkesempatan melakukannya dalam banyak situasi, khususnya jika seseorang menghadapi penyakit yang serius, dalam persiapan operasi, pemeriksaan kesehatan rutin, atau saat mengalami kehilangan dan krisis social.

Kita dapat menanyakan pertanyaan seperti, ”Apakah anda memiliki iman yang dapat menolong anda melewati saat-saat sulit ini?”, atau “Apakah anda pernah mendoakan kondisi anda saat ini?”, “ Siapa yang mendukung anda di masa sulit ini?”, “Apa yang mendorong anda terus maju?”. Bila jawaban terhadap pertanyaan ini tampak negatif atau si pasien terlihat tidak menghendaki percakapan selanjutnya, lebih baik kita menghentikan pembicaraan mengenai hal ini. Tugas kita adalah membiarkan Roh Kudus bekerja dan bukan memaksakan menurut kekuatan kita. Belakangan ini, saya menemui seorang sejawat yang menerima jawaban kasar pasien saat bertanya,”Apakah anda memiliki iman yang dapat menolong anda?”. Si pasien menjawab,”Ya, saya memang seorang Katolik.” Dengan bijaksana si dokter merasa bahwa ia tidak dapat mengatakan apa-apa lagi pada tahap ini. Akan tetapi dua minggu kemudian sang pasien kembali dan membuka percakapan dengan berkata,”Dokter, apakah anda berpikir Tuhan dapat menolong saya?”. Dari pertanyaan ini timbullah kesempatan istimewa dokter ini untuk bercerita tentang Yesus dan membimbing sang pasien ke gereja setempat. Sebuah pertanyaan yang dilontarkan dua minggu lalu telah menuntun kepada suatu pembicaraan kabar gembira.

“Apakah anda mau saya mendoakan anda?” merupakan sebuah pertanyaan yang sering kali saya pergunakan, dan menghasilkan beraneka ragam jawaban. Jika jawabannya adalah “Tidak”, kita telah mendapatkan pelajaran bermanfaat tentang pasien kita dan dapat menghentikan pembicaraan lanjutan. Namun terkadang pasien kita dengan wajah muram menceritakan tentang iman orang tuanya, atau menjelaskan mengapa mereka tidak ke gereja melainkan berdoa saja di rumah, atau respon yang membuat sang dokter dapat berdoa dengan mereka. Dengan berdoa baik untuk diri kita sendiri maupun untuk pasien kita, kita akan makin mengenali saat-saat di mana Allah membuka kesempatan percakapan lebih lanjut, dan dapat mengenali apakah mereka telah siap untuk mendengarkan kisah lebih lanjut tentang Yesus.

Saat-saat seperti ini relatif jarang dijumpai dalam praktek klinik, namun begitu seseorang siap untuk mendengarkan mengenai Yesus, penting bagi kita untuk dapat menceritakan berita Injil secara jelas. Tampaknya baik juga bila kita memberikan kepada pasien alkitab terjemahan masa kini atau booklet alkitabiah. Apapun yang kita lakukan, hindarilah penggunaan istilah-istilah alkitabiah yang sulit dimengerti pasien. Banyak latihan akan mendatangkan kesempurnaan.

Saya tak dapat melakukannya berdasarkan kekuatan saya sendiri!

Untunglah bahwa hal ini berlaku bagi kita semua. Oleh karena itu hal yang terpenting adalah, berdoa bagi pekerjaan kita dan bagi orang-oranga yang kita temui. Akan lebih mudah untuk menceritakan tentang Tuhan kepada seseorang bila kita telah berbicara terlebih dahulu dengan Tuhan mengenai orang tersebut. Hal ini akan menjadi sangat berbeda bila kita selalu mencari sejawat Kristen lain untuk berdoa dengan mereka. Selain itu, kita juga dapat berperan sebagai pengantara yang memperkenalkan pasien kepada seseorang atau sesuatu badan, seperti pendeta rumah sakit, para konselor. Hubungan kecil yang kita lakukan bagi sang pasien dapat membuat perbedaan nyata antara kehidupan dan kematian kekal.

Dari mana saya harus memulai?

Saya menyarankan dua hal:
1. Kapan saja saat anda bertemu dengan seseorang, ketahuilah bahwa Allah telah mendahuluimu. Janganlah memaksakan perubahan agenda anda, melainkan tanyakanlah “Apa yang sedang Allah kerjakan dengan pasien ini, dengan keluarga ini, dengan sejawat ini, dan dalam situasi ini?” Bila anda mendengarkan dorongan Roh Kudus, anda akan mengetahui apakah ini saat yang baik untuk melakukan sesuatu pekerjaan, untuk mendengarkan dengan saksama, atau untuk menunjukkan belas kasihan, atau menanyakan dan mengatakan sesuatu.

2. Carilah cara-cara untuk menunjukkan kasih Allah bagi mereka di sekitar anda setiap hari. Anda tak dapat mengubah orang lain, itu adalah pekerjaan Roh Kudus. Namun anda dapat memperkenalkan Yesus kepada seseorang dan apa yang akan terjadi tergantung kepadanya.

Ingatlah bahwa anda tak harus bersaksi kepada seseorang setiap hari dengan suatu cara rutin tertentu, namun anda haruslah menjadi saksi dalam setiap waktu. Dan Roh Kudus akan membukakan pintu bagimu: memiliki keberanian untuk melangkah lebih jauh.


Referensi

  1. Kolose 3:23
  2. Kolose 4:5,6
  3. Markus 16:15
  4. Kisah Para Rasul 1:8
  5. 2 Korintus 5:20
  6. Roma 1:16
  7. Lukas 21:13
  8. Doctors’s use of professional standing to promote personal interests or beliefs. GMC Annual Report; 1993:4.
  9. Culliford L.Spirituality and clinical care. BMJ 2002;325:1434,1435. Koenig HG, McCullough ME, Larson DB. Handbook of Religion and Health. Durham: Oxford University Press, 2001:712.
  10. 1 Petrus 3:15
  11. Efesus 6:11,12
  12. Efesus 6:18
  13. Filipi 3:10-14
  14. 2 Korintus 1:3,4
  15. I Yohanes 1:18
  16. Roma 10:14
  17. Lukas 9:18, 10:26

Aku, Menjadi Saksi Bagi Pasien-Pasien? oleh Kevin Vaughan, associate General Secretary of CMF dan mantan dokter umum. Dari majalah Nucleus -diterjemahkan oleh dr. Maria F. Ham, SpPA, PhD dalam Majalah Samaritan Edisi 2 Tahun 2005