Sekolah Kedokteran Berbahaya bagi Iman Anda!

Oleh Tim Lyttle

Banyak teman-teman saya yang Kristen, yakni para mahasiswa kedokteran, telah kehilangan iman mereka sama sekali. Yang lainnya, walaupun masih Kristen, namun imannya tidak lagi sekuat sebelumnya. Mengapa ini harus terjadi? Apakah ini merupakan proses di mana mereka sedang keluar dari rel iman?

Hal ini merupakan problem yang sangat perlu disoroti di antara mahasiswa kedokteran. Saya sendiri sering berharap ada seseorang yang mengingatkan saya akan bahaya yang dimulai dari karir saya. Untuk itu, saya perlu mengidentifikasi beberapa faktor mengapa para mahasiswa ‘tersesat’ dan bagaimana orang-orang lain dapat menghindari jebakan yang sama.

Sangat sulit untuk mendapatkan angka yang pasti, tetapi saya meramalkan bahwa sampai dengan 50% dari para mahasiswa Kristen yang saya kenal, sama sekali telah melepaskan imannya pada saat menjadi dokter baru, dan mungkin tiga dari empat dokter telah kehilangan ketajamannya sebagai orang Kristen. Tetapi malah ada membenerkan angka sampai 60% untuk gambaran seperti ini.

Faktor yang Membahayakan

Ada beberapa faktor yang dapat membahayakan iman mahasiswa Kristen yang memilih Fakultas Kedokteran yang saya amati, yakni: Pertama, krisis kehidupan. Bersekolah di fakultas kedokteran itu sulit. Kita menghadapi banyak krisis kehidupan termasuk transisi dari kehidupan di sekolah menengah ke kehidupan universitas, kemudian dari gaya belajar universitas ke kehidupan di lingkungan rumah sakit, dan akhirnya dari kebiasaan jaga malam di rumah sakit menuju kehidupan sebagai dokter baru. Pada setiap taraf kehidupan tersebut, seorang Kristen akan memiliki dua kecenderungan, menyandarkan imannya pada Allah atau membangun mekanisme yang dapat membelokkan hidupnya dari Allah.

Kedua, dasar-dasar Kekristenan yang Lemah. Banyak mahasiswa yang dasar kekristenannya masih lemah dan tidak punya cukup dukungan untuk bersandar (dalam iman) selama menempuh studinya. Keadaan ini mendorong untuk perlunya menciptakan pembinaan karakter pribadi mereka serta menyediakan dukungan dari keluarga Kristen atau teman-temannya, misalnya teman-teman gereja. Namun jika tanpa teladan kehidupan saat teduh yang teratur, akan mengurangi sumber kekuatan yang dapat dinikmati oleh sesamanya.

Ketiga, pengaruh-pengaruh anti Kristen. Fakultas kedokteran dapat mendorong kita masuk pada sekularisme dan berbagai sudut pandang anti ketuhanan, Kita juga akan dikendalikan oleh pengajar-pengajar kita serta teman-teman sepergaulan. Sikap terhadap evolusi, aborsi, problem etika, dan kematian membuai iman kita, terutama jika kita tidak menggunakan iman kita untuk membentuk kesimpulan secara alkitabiah. Mengapa, sebab lamanya waktu studi dan kesibukan selama tugas di rumah sakit membuat kita terisolasi dari persekutuan dengan teman-teman Kristen. Ketika tekanan pekerjaan meningkat, sangat mudah bagi kita untuk bersosialisasi hanya dengan rekan-rekan sesama dokter saja.

Keempat, pencobaan sosial. Ada standar ganda pada nilai-nilai sosial ketika kita bersikap permisif pada berbagai pencobaan seperti: pemakaian alkohol secara berlebihan, hubungan khusus dengan pemuda/pemudi non-Kristen, dan penggunaan kata-kata kita. Saya sulit percaya bahwa kalimat-kalimat porno diucapkan oleh beberapa orang yang sebelumnya berdoa bersama kita, sama mudahnya seperti kita melakukan promosi acara tahunan drama di fakultas kedokteran. Sama terkejutnya ketika melihat bagaimana dengan bangganya mereka masuk dalam “drug dinner” (santapan obat-obatan). Tekanan kelompok sebaya sangat kuat dan karena adanya standar ganda itu, maka kualitas persekutuan kita mengalami penurunan.

Kelima, sinisisme. Baik mahasiswa-mahasiswa kedokteran maupun dokter-dokter muda banyak yang bersikap sinis. Kematian dan penderitaan pasien hanyalah bagian dari pekerjaan atau tugas saja. Yang penting adalah AKU!

Keenam, berhala. Ilmu kedokteran akan menjadi sebuah berhala ketika kepentingannya ditempatkan di atas iman. Misalnya dalam perencanaan karir. Itu menunjukan kita lebih memprioritaskan karir kedokteran kita daripada memberi diri dibimbing oleh Bapa di surga yang pertama kali memanggil kita masuk dalam dunia kedokteran.


Ilmu kedokteran akan menjadi sebuah berhala ketika kepentingannya ditempatkan di atas iman. Misalnya dalam perencanaan karir. Itu menunjukan kita lebih memprioritaskan karir kedokteran kita daripada memberi diri dibimbing oleh Bapa di surga yang pertama kali memanggil kita masuk dalam dunia kedokteran.


Kunci untuk Bertahan

Sekalipun faktor-faktor yang membahayakan itu ada di depan kita, bukan berarti kita dapat membuat kita bertahan, saya menyebutnya “Kunci untuk bertahan”. Kunci itu adalah, Pertama, melibatkan diri dalam pelayanan. Terlibat dalam pelayanan merupakan ‘formula’ yang digunakan oleh hampir semua orang Kristen untuk bisa bertahan dalam iman. Di dalam pelayanan kita memperoleh dukungan orang-orang Kristen lainnya (non-kedokteran). Kita bisa terlibat dalam pelayanan, apakah itu di gereja, kelompok kaum muda, atau di lembaga misi. Satu dari momen terburuk adalah ketika saya mengundurkan diri dari CU karena harus belajar untuk ujian-ujian profesi saya yang pertama. Ketika ujian berakhir, saya kehilangan dukungan dari rekan-rekan seiman. Kemudian saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya tidak akan melakukan hal itu lagi di masa mendatang. Saya akan tetap terlibat secara aktif di CU dan nantinya di lembaga misi. Dan ya, walaupun tetap melayani saya bisa lulus ujian.

Saya tidak sedang mempengaruhi Anda bahwa Anda harus meninggalkan kuliah Anda. Akan tetapi dengan hanya “mengunci diri” pada buku-buku kedokteran adalah hal yang kurang baik. Bahkan dengan terlibat dalam tim olahraga di luar fakultas kedokteran, kita dapat melayani sebagai ‘escape value’.

Kedua, mengolah kehidupan ibadah Anda. Doa, PA pribadi dan persekutuan dengan saudara seiman di lingkungan kampis kedokteran tentu saja sangat esensial. Banyak yang mendapat dukungan yang berarti dari persekutuan doa atau semacamnya. Memiliki teman dekat yang bisa mendukung kita juga sangat diperlukan, karena dengan demikian kita pun dapat menolong orang lain.

Ketiga, menempatkan diri pada masalah-masalah sosial yang sulit. Pencobaan begitu banyak terdapat di wilayah-wilayah seperti pemakaian alkohol dan berbagai hubungan yang salah. Para mahasiswa yang menempatkan diri sebagai orang Kristen dan diakui di dalam ‘medical year’, kelihatannya lebih bisa bertahan di tengah pencobaan-pencobaan tersebut. Apakah yang akan Yesus lakukan jika berada dalam situasi ini?

Keempat, jangan takut untuk minta tolong. Jangan ragu untuk berbicara (sharing) pada teman-teman Kristen, pemimpin gereja atau dokter Kristen. Sekarang saya dapat mengatakan bahwa orang Kristen seperti saya yang bertahan di sekolah kedokteran juga akan dengan senang hati mendengarkan pergumulan Anda, bahkan mungkin mengundang Anda ke rumah untuk ‘evening away from the books’.

Kelima, menguji hidup. Sebagaimana kita sekarang bekerja sebagai profesional medis (dokter), ada prinsip Alkitab bagi kita untuk me-review kehidupan kita sebagai orang Kristen (lihat 2 Korintus 13:5). Kita perlu merancang waktu untuk melakukan hal ini. Intinya adalah bahwa para dokter atau profesional medis Kristen dapat memiliki kehidupan di luar kehidupan medis. Bagaimana kita dapat melakukannya? Sederhana saja, yakni bagaimana kita menggunakan waktu secara tepat.

“Kerajaan Allah” lingkungan di mana aturan Allah diterima

Hidup sebagai Orang Kristen di Dunia Medis

Semua orang Kristen dapat memiliki kehidupan yang mencengangkan di dunia medis. Kita memiliki panggilan yang spesifik dari Pencipta alam semesta ini. Kita memberikan kontribusi pada profesi kedokteran, baik secara keilmuan maupun secara praktis, juga kontribusi pada pengetahuan tingkat lanjut dari ilmu kedokteran. Sebagai dokter kristen kita berperan dalam menentang aksi tindakan aborsi, pre-natal screening, rekayasa genetika, dan euthanasia.

Kita dapat menyediakan orang-orang “full-time” yang memiliki kepedulian terhadap pasien yang membutuhkan pelayanan rohani, dengan kualitas yang sama baiknya dengan mereka yang melayani kebutuhan fisik, mental, dan sosial. Banyak dokter dapat menyaksikan imannya kepada para pasiennya (1 Petrus 3:15).

Kita juga jangan mengabaikan masalah-masalah global. Bagaimana dengan masalah-masalah sosial seperti masalah kependudukan, masalah kebijakan kesehatan di dunia berkembang, serta masalah penderitaan fisik dan psikis yang besar yang dialami oleh jutaan orang di dunia ini? Jangan lupa bahwa kesempatan pergi ke luar negeri sangat berlimpah bagi para dokter.

Respon Panggilan dan Perintah Allah

Saya ingin mengemukakan satu pertanyaan. Apa yang menjadi alasan utama Anda dan saya berada di dunia ini? Saya percaya adalah untuk telibat di dalam pembangunan Kerajaan Allah di dalam hidup kita, masyarakat kita dan akhir hayat ini. Saya mendefinisikan “Kerajaan Allah” sebagai lingkaran atau lingkungan di mana aturan Allah diterima.

Sekali kita dipanggil ke dalam keluarga Allah kita diutus keluar dengan pesan-Nya akan harapan bagi dunia yang terhilang. Yesus berkata: “Pergilah dan jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan ajarkanlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (Matius 28:19,20) dan, “Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu” (Yohanes 20:21). Tidakkah amanat agung ini menjadi motivasi kita dan rencana karir kita?

Yesus juga mengatakan, “Cari dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, dan semuanya akan kutambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Tidak mudah untuk hidup seperti itu karena itu berarti menyangkali diri kita sendiri dan beberapa hal yang Anda nikmati. Tapi berapa kali kita membuat ketetapan untuk menentang dosa dan untuk lebih dekat kepada Allah? Bagaimana kita mendapat relasi atau hubungan seperti itu? Saya percaya itu melibatkan permulaan (suatu awal), dan kemudian setiap hari, penyerahan secara total kepada Dia. Pertobatan lebih daripada mengatakan menyesal. Itu mencakup penyangkalan atas diri kita (Galatia 2:20).

Memperkenankan Allah “merusak” keegoisan kita akan memimpin kita ke dalam kehidupan yang lebih besar dan dekat pada kehendak dan tujuan-Nya. Ini merupakan kebangkitan yang nyata seperti hidup-Nya yang dituangkan ke dalam diri kita. Sekali kita merasakan bagaimana baiknya kehidupan Dia, kita akan lebih banyak merasa segan untuk meninggalkan-Nya atau, dengan kata lain, membiarkan iman kita terbelah.


Sekolah Kedokteran Berbahaya bagi Iman Anda! judul asli “Medical School, A Danger to Your Faith!” Oleh Tim Lyttle (Nucleus, Oktober 1998)
dalam Majalah Samaritan Edisi 1 Tahun 2000