Pengharapan Iman Akan Masa Depan

Oleh Charles Stanley


Read: Pengharapan Iman Akan Masa Depan (Part 1)


Not Done Yet

Aspek iman mencakup pemahaman kita terhadap pelayanan yang Yesus lakukan, diterangi oleh pengharapan kita yang telah diperbaharui. Hal yang wajar saja, misalnya, untuk mengatakan bahwa pekerjaan Kristus telah “sempurna”. Namun jika kita melihatnya berdasarkan perasaan kita semata, pengertian sempurna tersebut amatlah terbatas. Baik dari sisi Firman Tuhan maupun dari sisi hal yang umum pelayanan Kristus jelaslah belum sempurna: Dia harus kembali dan membangun kerajaan damai sejahtera di antara manusia dan membawa keselamatan bukan hanya bagi pribadi-pribadi, tetapi juga bagi seluruh umat manusia dan seluruh ciptaan.

Kalau kita berpikir bahwa akhir dari pelayanan Kristus adalah pada saat Ia naik ke sorga, kita lupa bahwa Yesus adalah Raja diatas segala raja, Allah yang satu dan Allah yang sama, dulu dan sekarang. Ia adalah Orang yang sama yang telah memanggil ke-dua belas murid-Nya, yang mengajarkan perumpamaan, yang menyembuhkan si sakit, yang masuk dalam pencobaan, yang disalib, mati dan bangkit dari kematian, dan naik ke surga, adalah juga Orang yang akan datang kembali kepada kita untuk mendirikan langit dan bumi yang baru.


Iman seperti anak-anak akan memampukan kita untuk membayangkan, memimpikan dan mengharapkan masa depan. Seperti anak-anak yang mempercayakan sepenuhnya kehidupan mereka kepada orangtuanya, demikian pula kita kepada Allah.


Ini seperti yang dikatakan oleh para malaikat: “Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga,” (Kisah Para Rasul 1:11).

Dengan demikian, kebenaran Kristus baru sebagian saja jika kita mengatakan bahwa seluruh sejarah Kristus hanya dipusatkan pada salib. Perspektif pengharapan di dalam Kristus mencakup seluruh sejarah keberadaan Kristus, termasuk pelayanan Kristus ke dunia, mengarah ada Kerajaan perjanjian-Nya. Allah kita bukan hanya berbicara mengenai masa lampau, Ia juga mengisyaratkan kepada kita akan masa depan. Ia bukan saja mengundang kita masuk ke dalam kerajaan-Nya, tetapi juga mengundang kita untuk menuju masa depan, melalui kebangkitan, yakni masa depan yang kekal bersama Dia. Dialah “yang sudah ada dan yang ada dan yang akan datang,” (Wahyu 4:8).

Meanwhile

Perspektif mengenai masa depan ini ternyata menolong kita di dalam menjalani kehidupan kita di sini dan saat ini. Pengharapan bukan membuat kita berkhayal atau mencari kepuasan diri, tetapi meneguhkan kita untuk menjalani realita hidup yang berarti, baik untuk di masa datang maupun sekarang. Rasul Yohanes sadar bahwa mengenal siapa diri kita berpengaruh besar terhadap hidup kita ketika dia menulis: Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci. (I Yohanes 3:2-3).

Ketika Alkitab berbicara kepada kita sebagai anak-anak Allah, bukan berarti kita adalah anak-anak yang tak berdosa. Iman seperti anak-anak akan memampukan kita untuk membayangkan, memimpikan dan mengharapkan masa depan. Seperti anak-anak yang mempercayakan sepenuhnya kehidupan mereka kepada orangtuanya, demikian pula kita kepada Allah.

Menjadi anak-anak di dalam Tuhan berarti kita mengharapkan masa depan kita pada kerajaan-Nya meskipun tidak cocok dengan sudur pandang kita saat ini. Memahami bahwa kerajaan Allah adalah meliputi aspek keadilan, kesukacitaan, kedamaian, dan kebenaran, akan meneguhkan kita untuk memiliki gaya hidup yang melingkupi kualitas tersebut. Ini memberi kepada kita pengharapan untuk masa depan dan kekuatan untuk berubah pada masa kini. Meskipun kita tahu bahwa kita tak dapat menciptakan kerajaan Allah bagi diri kita sendiri melalui kemampuan manusiawi kita, tapi yang pasti kita dapat mempersiapkannya melalui perkataan dan kesaksian kita saat ini. Dan karena Allah kita adalah Allah yang membawa kita pada masa depan, kita adalah orang-orang yang berpengharapan. Pengharapan yang menyebabkan kita mengatakan “Amin. Datanglah Tuhan Yesus!”


Dari Hope: Faith with a Future, ‘His’, Oktober 1984/Erna Manurung


Pengharapan Iman Akan Masa Depan oleh Charles Stanley
dalam Majalah Samaritan Edisi 1 Tahun 2000